Artikel Pendidikan
PENGUATAN KOMPETENSI DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PESERTA DIDIK KELAS X MERDEKA 9 SMA NEGERI 2 PONTIANAK
Disusun Oleh:
Syarif Nasarudin Aulia Zulfi, S.Pd.
- PENDAHULUAN
Kewirausahaan adalah sikap mental dan intelektual individu dalam menemukan dan mengembangkan peluang usaha. Kewirausahaan perlu ditanamkan guna mendorong peningkatan kemandirian individu dalam memikirkan alternatif peluang usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi serta terobosan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Indonesia memiliki potensi unggul dalam mewujudkan perkembangan wirausaha muda. Dengan dasar bahwa generasi produktif memiliki andil besar dalam porsi jumlah penduduk di Indonesia.
Generasi produktif yang dimaksud adalah generasi milenial dan generasi Z. Berdasarkan dari rilis data Sensus Penduduk 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Sementara itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari generasi milenial sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen. Generasi Z sendiri merujuk pada penduduk yang lahir di periode kurun waktu tahun 1997-2012 atau berusia antara 8 sampai 23 tahun. Sementara generasi milenial adalah mereka yang lahir pada kurun waktu 1981-1996 atau berusia antara 24 sampai 39 tahun.
Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2020 Provinsi Kalimantan Barat memiliki jumlah penduduk golongan produktif yaitu generasi milenial sebesar 1.452.788 jiwa dan generasi z sebesar 1.521.612 jiwa. Hal ini harus dioptimalkan untuk mendukung sumber daya manusia yang bermutu,berkualitas dalam menghadapi keunggulan kompetitif dan menjadi prospek yang baik mewujudkan lahirnya wirausaha – wirausaha muda di Kalimantan Barat dengan diperlukannya berbagai edukasi dan pelatihan secara terpadu kepada generasi muda.
Berdasarkan data menunjukkan bahwa Indonesia baru mencapai rasio kewirausahaan sebesar 3,47 persen. Perbandingan dengan negara di Kawasan ASEAN, jumlah wirausaha di Indonesia masih relatif kecil. Sebagai contoh, Singapura yang jumlah penduduknya 5 juta, pengusahanya sudah mencapai 8,6 persen dari total penduduknya. Fakta tersebut, menjadi
motivasi untuk menyiapkan strategi konstruktif guna menumbuhkan wirausaha –muda di Indonesia, terutama praktik dimulai dari pengenalan kewirausahaan di lingkungan sekolah kepada peserta didik.
Joseph A. Schumpeter memiliki perspektif bahwa landasan penting perkembangan ekonomi suatu masyarakat dapat terwujud dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Joseph A. Schumpeter, dalam teori destruktif kreatif memberikan pemahaman bahwa perubahan dan inovasi adalah komponen dari ekonomi dan wirausaha menjadi peran kunci dalam mengenalkan inovasi baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Inovasi dalam kewirausahaan perlu diwujudkan untuk membuka jalan kemajuan ekonomi. Contoh dari adanya destruksi kreatif ialah Revolusi Industri yang mengubah cara produksi secara fundamental, mengubah sistem kerja dari padat karya beralih ke padat mesin. Perkembangan teknologi dapat mengubah cara bekerja dalam berbagai industri dan menciptakan industri baru.
Pada tingkat SMA, peserta didik dalam memulai usaha menghadapi tantangan – tantangan. Tantangan berkaitan dengan keterbatasan dalam pengalaman langsung dalam menjalankan usaha dan memahami manajemen bisnis, seperti aspek akuntansi, pemasaran, operasional,dan sebagainya. Tantangan yang berkaitan dengan aspek keterbatasan modal yang dimiliki oleh peserta didik. Tantangan yang berkaitan dengan tidak adanya akses terhadap mentor yang berpengalaman dalam membimbing memulai suatu usaha. Tantangan ketakutan dalam pengambilan risiko dari peserta didik. Mengatasi tantangan – tantangan ini membutuhkan dukungan dari berbagai komponen, termasuk lingkungan keluarga, sekolah, pemerintah dan komunitas. Pembelajaran yang praktis, dukungan psikologis dan pemahaman terhadap kegagalan merupakan proses pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam meraih potensi wirausaha secara optimal.
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan dimensi kewirausahaan menyeimbangkan pembentukan kompetensi pengetahuan dan nilai – nilai karakter yang beretika dan bertanggung jawab. Integrasi nilai – nilai Pancasila dalam dimensi kewirausahaan, diharapkan peserta didik menjadi calon wirausaha yang sukses, tidak hanya sebatas mencari keuntungan akan tetapi wirausaha yang menjunjung tinggi nilai moral dan sosial yang ditanamkan dalam Pancasila serta mendorong peserta didik untuk mengaplikasikan nilai – nilai Pancasila dalam
setiap tahapan usaha yang dilakukan , baik dari sisi perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan pengevaluasian usaha.
Pendidik melakukan riset dalam bentuk penelitian deskriptif, karena penelitian ini menjelaskan tentang gambaran peserta didik dalam mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam aspek Kewirausahaan. Pendidik melakukan riset menggunakan data berbasis angka dan diolah dengan bentuk statistik deskriptif. Pendidik menggunakan data peserta didik Kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak dengan jumlah 28 peserta didik.
Pendidik menggunakan menggunakan teknik purposive sampling atau sampling dengan maksud tertentu. Menurut Sudaryono (2016:131) menyatakan bahwa, “Purposive Sampling adalah teknik pemilihan sampel yang bertitik tolak pada penelitian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representatif”.
Sampel yang digunakan oleh pendidik untuk mengetahui penguatan kompetensi dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didik adalah Kelas X Merdeka 9 yang berjumlah 28 peserta didik. Landasan yang mendorong pendidik mengambil sampel di Kelas X Merdeka
9 dikarenakan pendidik memiliki kompetensi wawasan yang tersedia berkaitan dengan komponen yang ditinjau. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya:
- Pendidikan Kewirausahaan
Pendidik melihat bahwa pada saat kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila , peserta didik memiliki dorongan yang tinggi dalam memahami konsep dan makna dari kewirausahaan. Pendidik melihat bahwa peserta didik mempunyai pola pikir yang kreatif, inovatif dan dinamis untuk merumuskan gagasan peluang usaha yang ingin dijalani, baik yang berkaitan dengan usaha di bidang jasa maupun produksi barang. Pada saat pengenalan konsep kewirausahaan, pendidik menjelaskan berkaitan dengan strategi marketing mix dan analisis SWOT dalam menjalankan usaha.
Pendidik mencoba mengajak peserta didik untuk menemukan peluang usaha yang ada di lingkungan sekitar dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki kemudian hasil pemikirannya tersebut dibuat analisis dengan pendekatan bauran pemasaran dan SWOT. Hasil temuan dari pendidik menemukan bahwa kemampuan berpikir analitis peserta didik Kelas X Merdeka 9 sudah mengarah memikirkan peluang – peluang
baru menghadapi persaingan keunggulan kompetitif usaha yang bersifat adaptif dan kolaboratif serta pendidik tetap mengingatkan bahwa peluang usaha yang dikembangan tetap berlandasakan pada keseimbangan nilai kebudayaan dan ekologis.
- Literasi Keuangan
Pendidik melihat bahwa untuk melakukan pengembangan usaha, tidak hanya diperlukan pemahaman pola pikir intelektual dan karakter akan tetapi diperlukan juga pemahaman dalam manajemen keuangannya. Hal ini diperlukan untuk mendorong peserta didik terus mengedepankan gaya hidup produktif daripada gaya hidup konsumtif (hedonisme).
Peserta didik perlu diarahkan dalam mewujudkan gaya hidup produktif dengan tujuan membantu peserta didik dalam memanfaatkan peluang dan sumber daya dengan lebih efisien untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Ini membantu peserta didik dalam mengajarkan mereka dalam mengelola waktu, biaya, menyeimbangkan kehidupan pribadi dan meningkatkan aspek efektivitas dalam berbagai ruang lingkup kehidupan.
Menurut Peserta didik selama proses pembelajaran merasa tertarik dengan materi perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Hal ini disebabkan karena mereka dapat mengetahui dan praktik langsung untuk mengelola usaha yang akan dijalani baik untuk masa saat ini maupun untuk jangka panjang serta peserta didik juga diajarkan dalam tahapan merekapitulasi keuangan baik dari sisi penerimaan dan pengeluaran dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel dengan tujuan membantu peserta didik memahami perkembangan teknologi dan melakukan pekerjaan secara efektif.
- Minat Berwirausaha
Pendidik melihat bahwa perspektif dari peserta didik beragam, tidak semua peserta didik Kelas X Merdeka 9 ingin berwirausaha dan ada juga yang sudah mulai tertarik untuk menjalani usaha dengan skala kecil. Hal ini terus diupayakan dan dimotivasi oleh pendidik dengan memberikan pengetahuan, pelatihan dan pengarahan kepada peserta didik yang mulai mencoba berwirausaha tersebut untuk menunjukkan usaha yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan wirausaha lainnya.
Hal ini akan membantu usaha tersebut dalam menunjukkan eksistensi dalam dunia usaha yang bersifat ekonomi kreatif yang semakin gencar dikembangkaan saat ini. Minat berwirausaha perlu dikembangan oleh generasi – generasi muda guna mendorong kontribusi nyata untuk pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan secara luas kemampuan generasi muda dengan mengedepankan peluang usaha di bidang digitalisasi, peluang usaha di bidang kebudayaan, peluang usaha produk kreatif dan inovatif.
Pengumpulan data yang digunakan oleh pendidik menggunakan kuesioner dan dokumentasi langsung. Kuesioner digunakan sebagai indikator dalam mengetahui kemampuan peserta didik terkait pengetahuan dan minat berwirausaha peserta didik . Pendidik menggunakan angket tertutup yang akan diisi oleh peserta didik mengenai aspek kewirausahaan dengan menggunakan tiga indikator yaitu pendidikan kewirausahaan, literasi keuangan dan minat berwirausaha.
Skala pengukuran yang digunakan oleh pendidik dalam mengukur indikator penguatan kompetensi peserta didik adalah Skala Likert. Menurut Sudaryono (2016:100), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,pendapat,dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Bentuk skala likert menggunakan empat kriteria penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dengan bentuk checklist.
Menurut Sugiyono (2017: 29) “Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum”. Analisis deskripsi data yang dimaksud meliputi:
- Mencari kecenderungan variabel
Untuk menganalisis penguatan kompetensi dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak berdasarkan sumber data yang diperoleh untuk dikalkulasikan dalam bentuk kuantitatif. Indikator penilaian penguatan kompetensi dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak kemudian dianalisis dengan rumus persentase sebagai berikut:
Keterangan:
𝑁𝑃 =
𝑅
𝑆𝑀
𝑥 100
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap
(Ngalim Purwanto, 2010:102)
Setelah data tersebut diperoleh kemudian diklasifikan melalui tingkatan. Mengetahui tingkatan kemampuan peserta didik yang menggunakan persentase menurut Ngalim Purwanto (2010:103)
86 – 100 % = sangat baik 76 – 85 % = baik
60 – 75 % = cukup baik 55 – 59 % = kurang
≤ 54 % = kurang sekali
Nomor |
Indikator |
Skor Diperoleh |
Total Skor |
Persentase (%) |
1. |
Pendidikan Kewirausahaan |
370 |
448 |
82,59% |
2. |
Literasi Keuangan |
359 |
448 |
80,13% |
3. |
Minat Berwirausaha |
583 |
784 |
74,36% |
|
Jumlah |
1.312 |
1.680 |
78,10% |
Untuk dapat melihat kompetensi minat kewirausahaan peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak secara komprehensif, maka perlu ditinjau dari 3 indikator sebagai berikut.
-
- Pada Aspek pendidikan kewirausahaan diperoleh skor sebesar 370 dari total skor sebesar 448 dengan persentase 82,59%. Ini menunjukkan bahwa kompetensi minat kewirausahaan dapat diklasifikasikan baik pada diri peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak.
- Aspek literasi keuangan diperoleh skor sebesar 359 dari total skor sebesar 448 dengan persentase 80,13%. Ini menunjukkan bahwa kompetensi minat kewirausahaan dapat diklasifikasikan baik pada diri peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak.
- Aspek minat berwirausaha memiliki skor sebesar 583 dari total skor sebesar 784 dengan persentase 74,36%. Ini menunjukkan bahwa kompetensi minat kewirausahaan dapat diklasifikasikan cukup baik pada diri peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak.
Berdasarkan analisis diatas berkaitan dengan kompetensi minat kewirausahaan peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak untuk setiap indikator mencapai skor 1.312 dari total skor 1.680, dengan persentase 78,10%. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi minat kewirausahaan peserta didik kelas X Merdeka 9 SMA Negeri 2 Pontianak dapat diklasifikasikan “Baik”.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memiliki potensi besar untuk mendorong generasi milenial dan Z dalam berwirausaha terutama kepada peserta didik tingkat SMA. Adapun modal yang dapat membantu dalam mewujudkan hal tersebut diantaranya sebagai berikut.
- Penguatan Pendidikan dan Pelatihan
Penguatan pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan dengan melalui pendekatan komprehensif melalui kurikulum yang terarah dan memberikan praktik pelatihan kewirausahaan kepada peserta didik. Kurikulum yang terarah dalam mendorong minat berwirausaha peserta didik ialah dengan melakukan integrasi keterampilan wirausaha dalam kurikulum pendidikan untuk memberikan pandangan dan pemahaman praktik kepada peserta didik. Sedangkan pelatihan kewirausahaan
dilakukan dengan memberikan program konstruktif yang melatih pola pikir dan karakter peserta didik untuk mengetahui segmentasi pasar dan pembelajaran inovasi yang berbasis digitalisasi untuk mempersiapkan peserta didik dalam mengembangkan potensi usaha sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Penguatan pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh peserta didik dengan terus mengembangkan empat kecerdasan secara terpadu. Adapun empat kecerdasan yang perlu terus ditingkatkan oleh peserta didik sebagai berikut.
-
- Kecerdasan Intelektual (IQ)
Kecerdasan intelektual pada dasarnya adalah mengukur kemampuan pola pikir individu, seperti pemecahan masalah. Pemahaman konsep dan kemampuan belajar. Beberapa riset menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan intelektual yang tinggi terhadap kemampuan dalam mengelola aspek – aspek bisnis. Melalui pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan oleh pendidik maka, hal tersebut akan memberikan kontribusi positif terhadap kompetensi wawasan peserta didik diantaranya sebagai berikut.
-
-
- Membantu peserta didik dalam memahami konsep bisnis secara lebih komprehensif, termasuk strategi pemasaran, analisis SWOT, Studi Literatur Usaha dan manajemen keuangan.
- Penguatan kecerdasan intelektual yang dilakukan oleh pendidik bertujuan mendorong peserta didik mengembangkan ide berbasis kreatif dan inovatif sesuai dengan perkembangan zaman, tren pasar dan tetap mengedepankan nilai kearifan lokal yang menjadi karakteristik daerah.
- Kemampuan dalam mengevaluasi risiko dengan cermat dan memutuskan langkah – langkah konkrit untuk mengelola menjadi keterampilan dalam berwirausaha.
- Penguatan kecerdasan intelektual membantu dalam berkomunikasi secara jelas dan efektif untuk menarik minat konsumen dan pandai dalam bernegosiasi dengan kemitraan bisnis.
-
-
- Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan Emosional memiliki peranan penting dalam minat berwirausaha kepada peserta didik. Pendekatan yang digunakan adalah mempersiapkan peserta didik dengan keterampilan manajemen emosi, kolaborasi, ketahanan mental yang dapat membantu peserta didik menjadi wirausaha yang sukses dan adaptif dalam dinamika usaha. Melalui pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan oleh pendidik maka, hal tersebut akan memberikan kontribusi positif terhadap kompetensi wawasan peserta didik diantaranya sebagai berikut.
-
-
- Penguatan Kemampuan Emosional peserta didik dapat membangun interaksi sosial yang baik dengan cara meningkatkan berbagai relasi untuk mendapatkan dukungan usaha.
- Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional dapat mewujudkan peserta didik untuk membuat keputusan yang seimbang, karena dengan mempertimbangkan aspek logika dan emosional.
- Penguatan Kemampuan Emosional membantu peserta didik untuk tenang dan fokus dalam menghadapi suatu kegagalan dan introspeksi diri dalam menjalankan peluang usaha.
- Kecerdasan Menghadapi Rintangan (AQ)
-
AQ memiliki hubungan yang positif untuk perkembangan peserta didik diantaranya melatih minta dalam berwirausaha. Peserta didik yang terus mengasah AQ yang tinggi memiliki kompetensi dalam menghadapi tekanan tekanan dan tantangan dengan baik. Kompetensi ini membantu peserta didik dalam melatih karakter gigih, kreatif dan fleksibilitas dalam mengembangkan peluang usaha.
Melalui pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan oleh pendidik maka, hal tersebut akan memberikan kontribusi positif terhadap kompetensi peserta didik diantaranya sebagai berikut.
-
-
- Kompetensi untuk belajar dari kegagalan.
-
Penguasaan AQ yang tinggi mendorong peserta didik untuk terus belajar dari kegagalan, melihat berbagai peluang dan tantangan untuk tumbuh dan berkembang.
-
-
- Kemampuan Adaptif
-
Penguasaan AQ yang tinggi mendorong peserta didik untuk mudah beradaptasi dengan segala perubahan, yang merupakan aspek penting dalam dunia usaha yang dinamis.
-
-
- Kreativitas dalam Memecahkan Masalah
-
Penguasaan AQ yang tinggi mendorong peserta didik lebih kreatif dalam menemukan solusi – solusi yang konstruktif dalam mengelola usaha yang akan direncanakan untuk prospek ke depan.
- Kemitraan Sektor Pendidikan dan Industri
Kemitraan sektor pendidikan dan industri diperlukan dengan terus mendorong dan memberikan pemahaman tentang tren bisnis dan kebutuhan pasar yang faktual kepada peserta didik. Adapun hal yang dapat dilakukan dalam kolaborasi tersebut diantaranya ialah dengan
- Menyediakan pengalaman praktik langsung kepada peserta didik
- Menghadirkan mentor profesional dan pengusaha inspirasi (sukses) dalam memberikan wawasan dan pandangan nyata dalam dunia usaha.
- Menyediakan fasilitas dan dukungan kepada peserta didik yang ingin mengembangkan ide usaha.
Kewirausahaan perlu dilatih sejak dini kepada peserta didik terutama untuk tingkat SMA. Hal ini dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk secara cermat menemukan peluang usaha yang ada di lingkungan sekitar dan membantu peserta didik untuk mengembangkan aspek psikomotorik, afektif dan kognitif yang diperlukan untuk mewujudkan wirausaha sukses. Melalui pendidikan kewirausahaan di sekolah
memberikan kontribusi konkrit kepada peserta didik untuk berpikir analitis dan menghasilkan pembauran ide kreatif maupun inovatif.
Pendidikan Kewirausahaan mendorong peserta didik memahami manajemen keuangan secara sederhana diantaranya peserta didik dapat menghitung harga pokok produksi, harga pokok penjualan, merekapitulasi keuangan baik sisi penerimaan maupun pengeluaran. Kewirausahaan tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dalam mencari profit, akan tetapi peserta didik dibekali juga dengan nilai karakter dalam berwirausaha dengan mengimplementasikan kepada peserta didik bahwa usaha yang akan dijalankan tetap mengedepankan etika bisnis, seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab sosial. Pendidikan kewirausahaan yang dilakukan di sekolah dapat mengajarkan peserta didik untuk beradaptasi dalam menerima kegagalan sebagai bagian dari pengalaman untuk menjadi pribadi yang tangguh dan cepat merespons situasi yang dihadapi.
Purwanto,Ngalim. 2010.Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Satria, Rizky,Adiprima Pia. 2022. Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Kemendikbud: Jakarta.
Schumpeter, J. A. (1947). The Creative Response in Economic History. The Journal of Economic History, 7(2), 149–159. https://www.jstor.org/stable/2113338
Sudaryono. 2016.Metode Penelitian Pendidikan.Jakarta:Prenadamedia Group. Sugiyono. 2017. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. https://sensus.bps.go.id
https://wartaekonomi.co.id/read485933/menkop-ukm-rasio-kewirausahaan-jadi- prasyarat-indonesia-menuju-negara-maju-tahun-2045
0 Komentar
Tambahkan Komentar