BUKTI KARYA PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA TEMA KEWIRAUSAHAAN TOTE BAG SABLON
Saya Nurita Putranti, Guru Informatika di SMAN 2 Pontianak, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Ini tahun pertama sekolah kami menerapkan Kurikulum Merdeka dan saya dipercaya sebagai koordinator Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Kewirausahaan. Tim kami terdiri dari 8 orang, saya Nurita Putranti (Guru Informatika) sebagai koordinator, Ibu Yashinta, S.Pd (Guru Sejarah), Ibu Nimas Amalia Ulfa, S.Pd (Guru Bahasa Indonesia), Ibu Carolina, S.Pd (Guru Bahasa Inggris), Bapak Syarif Nasarudin, S.Pd (Guru Ekonomi), Bapak Rudi Hartono, S.Pd (Guru Geografi), Ibu Nur Afni, S.Pd.I (Guru PAI), Ibu Trima Asmaliana, SP (Guru Biologi). Selain Pak Syarif, tema kewirausahaan menjadi hal baru bagi saya dan rekan fasilitator lainnya serta peserta didik-peserta didik.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan bagian integral dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Fase E SMA secara khusus mendorong peserta didik untuk terlibat dalam proyek yang kontekstual, relevan dengan isu di sekitar, serta menantang kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif mereka.
Satu diantara projek P5 yang dilaksanakan adalah pembuatan totebag dengan desain sablon orisinal yang kemudian dipromosikan secara digital oleh peserta didik. Projek ini dipilih karena beberapa alasan strategis. Pertama, pembuatan produk fisik berupa totebag memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan kreasi dan desain, termasuk pemanfaatan alat dan bahan secara efektif serta menuangkan ide-ide visual ke dalam sebuah produk yang fungsional. Proses desain sablon, yang dalam pelaksanaannya juga melibatkan eksplorasi secara digital, membuka ruang bagi inovasi dan adaptasi terhadap tren visual terkini.
Kedua, aspek kewirausahaan menjadi fokus penting dalam projek ini. Peserta didik tidak hanya bertindak sebagai pembuat produk, tetapi juga sebagai pelaku pemasaran. Mereka dituntut untuk merancang strategi promosi secara digital, memanfaatkan berbagai platform media sosial dan teknologi informasi untuk menjangkau target pasar. Hal ini melatih kemandirian dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi upaya promosi.
Ketiga, keberhasilan projek ini sangat bergantung pada kolaborasi dan gotong royong antar anggota kelompok. Peserta didik belajar untuk bekerja sama dalam setiap tahapan, mulai dari brainstorming ide desain, proses produksi, hingga strategi pemasaran. Pembagian tugas yang efektif dan saling mendukung menjadi kunci keberhasilan tim.
Sebagai puncak dari rangkaian kegiatan projek P5 ini, gelar karya diadakan sebagai wujud apresiasi terhadap seluruh proses dan hasil kerja keras peserta didik. Gelar karya ini bukan hanya sekadar pameran produk totebag, tetapi juga merupakan momentum untuk merayakan pencapaian peserta didik dalam mengembangkan berbagai dimensi Profil Pelajar Pancasila. Melalui gelar karya, akan disoroti proses peserta didik telah menunjukkan kolaborasi yang solid dalam tim, menghasilkan kreasi desain sablon yang inovatif (termasuk pemanfaatan elemen digital dalam prosesnya), menunjukkan kemandirian dalam menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan, menjunjung tinggi gotong royong dalam setiap tahapan produksi dan promosi, serta mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar kewirausahaan dalam memasarkan produk mereka.
Gelar karya ini diharapkan dapat memberikan pengakuan yang setimpal atas dedikasi dan inovasi peserta didik, sekaligus menjadi ajang pembelajaran bagi seluruh komunitas sekolah. Melalui apresiasi ini, diharapkan motivasi dan semangat berkarya peserta didik akan semakin meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan menganalisis bagaimana gelar karya ini berkontribusi terhadap apresiasi karya peserta didik dalam konteks pengembangan dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila yang telah diintegrasikan dalam projek pembuatan dan promosi digital totebag ini.
Pada P5 ini, sasaran yang ingin dicapai agar peserta didik bisa berkolaborasi dengan menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal. peserta didik mendapatkan bekal kewirausahaan, melakukan observasi di lingkungan sekolah, menerapkan karakter bekerjasama, kreatif dan mandiri. peserta didik lebih menghargai perjuangan mendapatkan uang. peserta didik melakukan observasi dan memilih untuk membuat tote bag dengan jahit ataupun beli tote bag polos lalu di sablon secara manual. Hal tersebut sesuai dengan program sekolah adiwiyata nasional yaitu mengurangi penggunaan plastik, sehingga pembuatan tote bag dapat digunakan untuk membawa peralatan sekolah. Namun, rencana itu ternyata tak berjalan seperti yang saya inginkan. Pertama, persoalan alat bahan sebagai modal awal praktik sablon.
Kedua, materi mengenai kewirausahaan dan sablon menjadi hal baru bagi fasilitator dan peserta didik. Ketika pembelajaran awal P5 peserta didik merasa bosan.
Ketiga, perlu mencari mitra untuk kolaborasi sebagai narasumber luar sesuai tema yang telah ditentukan.
Keempat, ada sebagian peserta didik yang gagal dalam praktik sablon, tote bag rusak.
Saya mencoba mengidentifikasi masalah dengan mengajak bicara peserta didik dan rekan satu tim yang bertugas sebagai fasilitator. Kami melakukan koordinasi ke pihak sekolah untuk menyelesaikan kendala dan tantangan yang dihadapi.
Pertama, untuk alat dan bahan, kami mengajukan proposal ke pihak sekolah dan disetujui sekolah dengan menyediakan perlengkapan alat bahan lainnya untuk sablon, seperti tote bag polos, lem, hair dryer, setrika, kertas nasi, printer, kertas, spray paint acrylic. Semua alat dan bahan yang disediakan sekolah digunakan untuk produksi awal. Selain itu, pihak sekolah juga menyetujui proposal untuk menghadirkan narasumber tamu (CV. Bambu Printing) dalam praktik sablon di sekolah.
Kedua, kendala kebosanan peserta didik saat pembelajaran, faktor penyebabnya: peserta didik bosan karena di awal setelah temukan ide kreatif, diberikan teori-teori berkaitan dengan kewirausahaan, mereka perlu praktik dan melihat ke lokasi percetakan digital agar bisa membayangkan produksi sablon secara langsung. Kami membentuk kelompok peserta didik kelas XM9 dan XM10 yang beranggotakan 4-7 orang. Saya dan rekan fasilitator lain mengajak peserta didik melakukan praktek menjahit dari kain blacu yang dibentuk menjadi tote bag. Kegiatan ini kami lakukan di luar kelas, tepatnya di lapangan pentas seni (PenSi). Antusias peserta didik-peserta didik dalam menjahit tidak hanya peserta didik perempuan tetapi juga peserta didik laki-laki.
Pemanfaatan gawai menggunakan aplikasi canva untuk membuat desain logo brand khas Kalimantan Barat, wisata kampung Caping dan desain bebas.
Mereka juga belajar praktik membuat narasi teks dan audio yang nantinya dipergunakan untuk bahan promosi secara digital tote bag yang dijual pada media sosial Instagram.
Ketiga, saya mengajukan fasilitasi kerjasama dengan mitra untuk memberikan materi sebagai narasumber praktek sablon di sekolah yaitu ke CV. Bambu Printing. Disini keseruan praktik sablon semakin tampak, peserta didik antusias memberikan lem pada kertas nasi, menjemur kertas tersebut, teriknya matahari tidak menyurutkan semangat mereka menanti kering lem pada kertas nasi lalu segera dicetak desain logo khas Kalimantan Barat pada kertas tersebut. Langkah berikutnya, memberikan spray paint pada kertas nasi, sampai pada tahap menyablon pada tote bag polos yang telah disiapkan pihak sekolah dengan cara menyetrika kertas nasi pada bagian tote bag. Setiap kelompok membagi tugas para anggotanya dalam koordinasi pembuatan sablon sehingga berjalan lancar. Kelompok yang sudah berhasil sukses sablon, langsung mendokumentasikan untuk membuat konten untuk promosi digital dan ada juga yang menjual secara langsung kepada teman kelas lain, kakak kelas dan guru.
Kegiatan praktik selanjutnya adalah peserta didik melakukan kunjungan ke percetakan digital Hans Studio Digital Printing yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. peserta didik melihat berbagai alat digital yang ada di percetakan digital, mudah dan cepat dalam pengerjaan sablon secara digital. Selain itu, saya bekerjasama dengan Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan Kota Pontianak agar memfasilitasi kami melakukan kunjungan belajar ke wisata kampung Caping (UMKM) secara gratis.
Keempat, kendala kegagalan pada satu kelompok dalam praktik sablon, dibantu oleh kelompok lain yang telah berhasil sukses dalam sablon, berbagi tips dan trik sablon, orang tua mendukung dengan membeli alat bahan sehingga peserta didik dapat memproduksi lagi tote bag secara mandiri.
Respon peserta didik setelah praktik sablon, sangat bergembira dengan bangga peserta didik menawarkan secara langsung dan secara digital tote bag hasil karya mereka. peserta didik mampu berkolaborasi dalam mengerjakan mulai dari jahit tote bag, desain, sablon sampai ke bagian promosi langsung/digital, membagi tugas sesuai kemampuan masing-masing anggota kelompok. Bahkan mereka menerima pra pesan dari konsumen yang menginginkan desain gambar tertentu pada sablon tote bag. Hasil penjualan tote bag, uangnya dibelikan kembali untuk alat bahan lalu mereka produksi kembali. Respon saya dan rekan fasilitator lainnya sangat mengapresiasi hasil karya mereka.
Pelaksanaan atau inspirasi yang diperoleh dari strategi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan P5 adalah pentingnya kolaborasi dan komunikasi, terus belajar, berkarya dan berbagi sehingga tercapai tujuan bersama secara optimal. Tidak hanya peserta didik, guru juga ikut belajar mengenai kewirausahaan dan praktik sablon.
Pengalaman dan komentar mengesankan mengenai pelajaran tersebut adalah saya dan tim fasilitator berusaha mengembangkan potensi terbaik yang kami miliki sebagai teladan bagi peserta didik sehingga menjadi semangat dalam belajar hal baru dengan penuh antusias. Diluar dugaan kami mereka membeli alat bahan sendiri dari uang pribadi (dukungan orang tua) dan dari hasil penjualan tote bag sebelumnya yang sudah terjual cepat dan dapat memberikan laporan progres dokumentasi serta perhitungan harga pokok penjualan (HPP) tote bag.
Peserta didik mampu membangun tim dan mengelola kerjasama untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan target yang sudah ditentukan. peserta didik dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk karya dan/atau tindakan, serta mengevaluasinya dan mempertimbangkan dampak dan reaksinya bagi diri dan lingkungannya.
Video proses projek penguatan profil Pancasila dan promosi tote bag dapat dilihat pada tautan berikut ini : https://bit.ly/p5totebag
Semoga bermanfaat.
0 Komentar
Tambahkan Komentar